PERBANDINGAN INOVASI PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN SEKOLAH PESANTREN DAN PENDIDIKAN SEKOLAH UMUM
Oleh : Muhtadin Abrori
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mid Semester VII
Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Sholeh Kaelani, M.Pd.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah ujung tombak kemajuan sebuah bangsa, termasuk perkembangan pendidikan di Negara ini (
Di tahun 2001 PERC (The Political and Economic Risk Consultancy) telah mempublikasikan hasil survey pada sebuah Koran The Jakarta Post Edisi 3 September 2001, bahwa Indonesia berada di nomor 12 setelah Vietnam dan Thailand dalam peringkat kualitas Pendidikan di Asia. Dan sungguh sangat menyedihkan lagi pada survey yang dilakukan oleh UNDP (United National Development Programme) bahwa kualitas SDM (Sumber Daya Manusia)
Untuk dapat mencapai system pendidikan dan pengajaran yang baik perlu pembaharuan pendidikan dan perkembangan IPTEK serta menyesuaikan tuntutan masyarakat dan kebutuhan masa depan bangsa secara berkala dan berkelanjutan. Inovasi pendidikan perlu dilakukan karena menyangkut beberapa aspek yang berkaitan dengan kurikulum, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sarana penunjang, termasuk peralatan yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sehingga dapat dikatakan pendidikan di
Pada pembahasan berikut, penulis mencoba menguraikan perbandingan Inovasi pendidikan dan pengembangan kurikulum yang terjadi pada dua lembaga pendidikan yang berbeda yaitu antara pendidikan yang dilaksanakan di pesantren dan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah umum.
PENGERTIAN INOVASI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kata “inovasi” berasal dari innovation (ing), sering diterjemahkan sebagai suatu hal yang baru atau pembaharuan, namun ada pula yang menggunakan kata tersebut untuk menyatakan penemuan (Invention), karena hal yang baru itu merupakan hasil penemuan. Dari pengertian tersebut “inovasi” dapat diartikan sebagai : suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan, atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi atau discovery.
Berkaitan dengan hal itu
INOVASI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PESANTREN
Realitas menunjukkan saat ini lembaga pesantren telah berkembang secara bervariasi baik dilihat dari segi kurikulum dan manajemen organisasinya. Hasan Basri (dalam Nata, 2001 : 120-121) menggambarkan lembaga non formal ini ke dalam lima pola, yakni: (1) Pesantren yang terdiri dari masjid dan rumah kyai; (2) pesntren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok atau asrama; (3) pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok, dan madarasah; (4) pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok, madarasah dan tempat ketrampilan; dan (5) pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok, madarasah, universitas, gedung pertemuan, tempat olah raga, dan sekolah umum.
Gambaran yang disampaikan Hasan Basri diatas merupakan pola-pola yang berkembang pada pesantren dari sekedar masjid atau rumah kyai sebagai tempat mengajar dengan metode wetonan atau sorogan dan berdirinya atas inisiatif kyai atau orang yang mewakafkan tanah menuju pola-pola yang lebih lengkap dibanding sebelumnya mendorong dilakukannya redefinisi tentang konsep pesantren pertama kali.
Inovasi dan pengembangan kurikulum pesantren sebagai bagian dari peningkatan mutu pendidikan nasional harus dilakukan secara komprehensif, cermat dan kaffah, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Beberapa contoh inovasi pengembangan kurikulum Pesantren;
1. Pesantren khususnya salafiyah telah dipercaya pemerintah untuk menyelenggarakan system persekolahan melalui SLTP Terbuka dan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Hal ini berarti pesantren melaksanakan pendidikan dan pengajaran secara terencana dan tersistematisasi.
2. Pada dasarnya pesantren hanya mengajarkan ilmu dengan sumber kajian atau mata pelajaran kitab-kitab yang ditulis berbahasa Arab dan itu sering disebut dengan “kitab-kitab kuning” dan berkisar pada sumber-sumber Al Qur’an, Hadits, dan Bahasa Arab. Namun sekarang jauh lebih berkembang dengan memasukkan beberapa ilmu diluar itu seperti Pengertahuan Kwarganegaraan, Ilmu Hitung, Bahasa Indonesia dan sebagainya, sebagai pengetahuan tambahan.
3. Metode yang sering digunakan dalam pendidikan pesantren adalah wetonan, sorogan, hafalan, dan motholaah. Metode wetonan adalah kuliah umum yang disampaikan oleh seorang kyai dan para santri berkeliling disekitarnya mencatat (mengabsahi buku) yang dibawanya. Sorogan adalah metode seorang santri menghadap guru satu persatu dengan membawa kitab yang dipelajari sendiri. Hafalan adalah metode menghafalkan mata pelajaran dalam bentuk syair atau nazham. Dan Mutholaah adalah belajar bersama dengan mengangkat salah satu santri untuk belajar menjadi guru bagi teman lainnya. Dan sekarang banyak pesantren yang tetap mempertahankan tradisi itu dengan menambahkan beberapa metode baru seperti telaah alam (Natural Studies), Munadhoroh yakni mengungkapkan argumentasi baik dari dirinya atau dari sumber bacaan, Nadwah Ilmiah yaitu mengadakan seminar-seminar kecil-kecilan.
4. Jenjang pendidikan dalam pesantren tidak dibatasi seperti dalam lembaga-lembaga pendidikan yang memakai system klasikal. Umumnya kenaikan tingkat seorang santri didasarkan kepada isi mata pelajaran tertentu yang ditandai dengan tamat dan bergantinya kitab. Sekarang sudah banyak dijumpai pendidikan pesantren dengan menggunakan klasikal dan memberikan ijazah bagi santri yang sudah menyelesaikan pendidikannya sampai jenjang terakhir.
5. Waktu penyelenggaraan pendidikan di Asrama dan dilakukan secara penuh selama 24 jam pembinaan baik moral maupun pengetahuan kognitif termasuk mengadakan kegiatan ekstrakurikuler tambahan seperti: menjahit, computer, automotif dan sebagainya.
6. Perencanaan penyelenggaraan pendidikan, pada umumnya pesantren tidak mengadakan perencanaan program pendidikan dalam setiap tahun dan mengevaluasi. Namun sekarang dengan perkembangan pendidikan hal itu sangat dibutuhkan. Dan banyak pesantren telah melakukan perubahan dengan mengadakan perencanaan anggaran pendidikan sekolah di pesantren (membuat RAS) dan mengadakan evaluasi kegiatan secara berkala dan intensif.
7. Memenuhi sarana penunjang pendidikan di pesantren dengan berbagai sarana pendidikan seperti olah raga, praktikum, bahkan teknologi yang berkembang sehingga para santri tidak tertinggal oleh kemajuan zaman.
Karena pesantren memiliki duabelas prinsip yang melekat, yaitu: (1) Teosentrik; (2) Ikhlas; (3) Arif; (4) Sederhana; (5) Kolektifitas; (6) Kegiatan Bersama; (7) Kebebasan terpimpin; (8) Mandiri; (9) Tempat menuntut Ilmu dan Mengabdi; (10) Mengamalkan ajaran agama; (11) Mencari Sertifikat; (12) Kepatuhan terhadap Kyai. Sebagaimana disampaikan oleh Nurcholis Majid (dalam Nata, 2001: 113). Pesantren telah banyak berhasil melakukan perubahan baik system maupun pengembangan kurikulum dalam mendidik dan mengajarkan pengatahuan kepada para santri.
INOVASI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH UMUM
Semenjak tahun 1974 Indonesia telah mengenal kurikulum 1974, kemudian kurikulum 1984, kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau sering disebut kurikulum Berbasis Kompetensi dan terakhir tahun 2006 kurikulum 2004 yang disempurnakan dan diberikan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran.
Inovasi dan pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia, sering kali membuat peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan komite sekolah atau orang tua / wali peserta didik merasa kelimpungan, membosankan dan bahkan ada yang merasa kebingungan. Padahal inovasi dan pengembangan kurikulum pendidikan itu perlu dan sangat dibutuhkan.
Inovasi dan pengembangan kurikulum pendidikan telah disahkan menjadi undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, ini sebagai perhatian pemerintah pada tanggungjawab terhadap perkembangan pendidikan Sumber Daya Manusia
Banyak kajian tentang inovasi dan pengembangan kurikulum pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah umum, beberapa hal yang dapat penulis rangkum dari beberapa makalah adalah;
1. Model pembelajaran siswa aktif, siswa sebagai subjek dan objek pendidikan. Yang pada awalnya kebanyakan lembaga sekolah umum hanya menjadikan siswa sebagai objek pendidikan, yakni siswa hanya menerima transfer ilmu dari para guru maka sekarang guru dan siswa aktif dalam mempelajari ilmu dan guru disini hanya menjadi Pembina dan pengarah.
2. Perubahan kurikulum dari kurikulum yang ditentukan pemerintah menjadi setiap satuan pendidikan mengadakan dan membuat kurikulum sendiri dengan menyesuaikan standar kurikulum pendidikan yang diatur oleh pemerintah. Dari sini setiap guru dituntut aktif dalam pengembangan kurikulum sampai metode pengajarannya.
3. Waktu pembelajaran yang biasanya dibatasi dengan hari dan jam, sekarang setiap satuan pendidikan diperbolehkan menentukan proses belajar mengajarnya. Maka muncullah istilah Sekolah Islam Terpadu, Sekolah Plus, sekolah bilingual dan lain sebagainya.
4. Pemerintah menentukan standarisasi satuan pendidikan dengan pola terakreditasi, Sekolah Standar Nasional dan Sekolah Berstandar Internsional. Ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
5. Membentuk lingkungan belajar aktif, kreatif, inovatif dan berkembang sesuai visi dan misi sekolah itu sendiri dengan melengkapi sarana prasarana yang dibutuhkan atau dengan memaksimalkan penggunaannya dan memberdayakan warga belajar dalam penggunaannya.
Agar tujuan pendidikan Nasional tercapai, inovasi dan pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan harus mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan nasional yang termaktub dalam Garis-garis Besar Haluan Negara. Yakni mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan nasional.
PERBANDINGAN INOVASI PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN SEKOLAH PESANTREN DAN PENDIDIKAN SEKOLAH UMUM
Kelebihan dan kekurangan Inovasi Pendidikan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Sekolah Pesantren
1) Kelebihan
a) Pesantren sangat mudah untuk membangun dan mengembangkan kurikulum pendidikan, karena unsur sentral kyai sangat menentukan kemajuan dan pengembangan pendidikan itu sendiri.
b) Pesantren lebih konsisten dalam mengembangkan berbagai metode pembelajaran, karena sering berkumpulnya antara guru dan murid dan melakukan dialog-dialog ringan akan menjadikan penemuan-penemuan baru.
c) Kekuatan imajinasi dalam berinovasi dan mengembangkan kurikulum sangat diandalkan, karena mereka memiliki metode hafalan dalam bentuk nadzom yang selalu dilakukan secara rutin dan berkembang. Berbagai nadzom baru muncul mengikuti perkembangan zaman.
2) Kekurangan
a) Dengan sentralisasi figure kyai sebagai pengemban kemajuan kurikulum, memungkinkan terjadinya kemandegkan kemajuan. Karena terjadinya evaluasi kurikulum hanya ada pada figure kyai sentral saja. Namun hal ini tidak akan terjadi bila kyai sentral menerima masukan dari bawahan atau orang lain.
b) Dialog-dialog ringan sering kali menjadi ajang penumbangan kesentralan kyai, bukan untuk membantu kyai.
c) Imajinasi yang muncul sering kali berasal dari hal-hal yang negative atau bahkan berbau pornografi, seperti menghafalkan pelajaran dengan menggunakan nadzom dengan lirik lagu “Kucing Garong”.
Kelebihan dan kekurangan Inovasi Pendidikan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Sekolah Umum
1) Kelebihan
a) Guru Siap menjadi figure perubahan, dengan memulai aktif dalam membuat perencanaan proses belajar mengajar.
b) Siswa akan lebih aktif dalam proses belajara mengajar. Karena siswa bukan saja sebagai objek belajar tapi lebih dari itu ia sebagai pelaku belajar
c) Sekolah akan lebih meningkatkan mutu dan kualitas pendidikannya. Karena menjadikan semua unsure sebagai warga belajar.
2) Kekurangan
a) Guru yang tidak siap menghadapi perubahan akan tertinggal dan bahkan ditinggalkan oleh peserta didik. Karena guru harus berkembang dan mengembangkan diri dengan memupuk pengetahuan guru supaya tidak ketinggalan dari peserta didik.
b) Siswa harus diberi pemacu dan pemicu daya kreatif, dengan metode-metode yang mutahir
c) Sekolah harus memenuhi sarana prasarana yang dibutuhkan dan ini membutuhkan biaya yang sangat mahal dan sumber daya manusia yang mumpuni terhadap hal itu. Jika tidak memiliki, sekolah tetap tidak akan maju dan tidak inovatif.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Kekurangan dan Kelebihan setiap lembaga bila dipadukan akan menjadi lembaga pendidikan yang saling mendukung. Rangkuman keterpaduan dua jenis pendidikan penulis sebutkan secara ringkas sebagai berikut:
1. Figur perubahan yang merubah dengan arif dan bijak bukan demokrasi liberal.
2. Inovasi dengan segala bentuk dan lapisan yang menjadi warga belajar dan lingkungan belajar.
3. Saling mendukung dan bekerjasama serta samakeja dalam memajukan dan mengembangan kurikulum pendidikan
Demikianlah sekilas gambaran tentang perbandingan inovasi dan pengembangan kurikulum dalam pendidikan di sekolah Umum dan sekolah Pesantren. Tentunya disana-sini terdapat kekurangan dan masih perlu penyempurnaan. Untuk itu kepada pembaca penulis ucapkan terima kasih dan semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 1983c. Petunjuk Pendidikan Pendidikan Berdasarkan Kompetensi,
Nata, Abuddin. (editor) 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembanga Pendidikan Islam di Indonesia.
Nasution, S. 1995. Kurikulum dan Pengajaran Jakarta: Bumi Aksara.
Comments