Masjid merupakan Media Implementasi Amal
dalam rangka mengajak kepada Iman & Amal; Amal Soleh, Pendidikan, Pembudayaan, Pembinaan dan Penyuluhan 5
Masjid adalah institusi pertama yang menjadi titik tolak penyebaran ilmu dan pengetahuan dalam Islam, dan dia membawa kekhususan yang asasi dinisbatkan kepada masyarakat muslim. Ia merupakan sumber tolakan pertama untuk dakwah Islam, dan juga sebagai sumber mata air petunjuk Rabbani. Maka pada langitnya, menjulang tinggi dakwah kepada iman dan amal shalih. Melalui mimbarnya, diajarkan iman dan amal shalih. Di hamparan buminya yang suci, ditunaikan amal shalih. Dan ia menjadi pusat dimana prinsip jihad yang agung bergerak mengelilinginya. Juga sebagai poros dimana segala pemikiran dan perasaan menyelubung di seputarnya. Tempat pengemblengan yang memunculkan kebangkitan dan orang-orang komit yang membawa penyulut-penyulut cahaya dan hidayah, mereka menjelajahi penjuru dunia membawa sifat, aroma dan kesucian masjid.
Sesungguhnya masjid sepanjang sejarah kaum muslimin berkedudukan sebagai institusi pendidikan untuk anak kecil dan orang dewasa. Dan tempat pertama yang merealisasikan target-target kerja nyata yang bertujuan untuk mendidik manusia secara umum, khususnya bagi anak-anak dan para pemuda. Tokoh-tokoh perintis yang membawa panji dan meneriakan panggilan kepada yang bersungguh-bersungguh, mereka adalah singa-singa masjid dan para pemakmur rumah-rumah Allah Ta’ala, dimana para ‘ulama (pakar ilmu agama), fuqaha’ (pakar hukum islam), bulaqha’ (pakar bahasa aab), nubala` (para cendikiawan) merupakan sebaik-baik lulusannya.
Syaikul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, “Masjid merupakan tempat berkumpulnya umat dan para pemimpinnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membangun masjidnya (masjid Quba) yang penuh keberkahan itu di atas dasar takwa. Di dalamnya terdapat aktifitas shalat, membaca al-Qur`an, dzikir, majelis taklim, ceramah. Demikian pula aktifitas bidang politik, akad sumpah, panji pasukan, instruksi pemimpin, dan merupakan corong publikasi bagi para pengambil kebijakan. Di sanalah kaum muslimin berkumpul tiap kali ada perkara yang menghimpun mereka mengenai urusan-urusan agama dan dunia mereka.”
Setuju, bahwa kedudukan masjid dalam masyarakat Islam menjadi sumber pengarahan ruhani dan materi. Sebagai halaman untuk ibadah, madrasah ilmu dan balai etika. Ia juga mencairkan dan membebaskan jiwa-jiwa dari ikatan-ikatan duniawi, nafsu pendapatan dan jabatan, rintangan-rintangan arogansi dan egoisme, mabuk syahwat dan nafsu. Kemudian jiwa-jiwa tersebut bertemu
5 Lihatlah: Al-Masjid wa Dauruhu at-Ta’limi ‘Ibar al-‘Ushur min Khilal al-Halaqat al-‘Ilmiyah (hal.15-21) dengan sedikit gubahan; Manahij at-Ta’lim fi al-Masajid wa Uslub at-Tadris fiha (hal.6,7); Ad-Daur at-Tarbawi lil Masjid (hal. 146-147); Daur al-Masjid fi at-Tarbiyah (hal.78); Min Qadhaya al-Fikr al-Islami al-Mu’ashir (hal. 241); (HR. Muslim, no.1017)
dalam halaman penghambaan yang sesungguhnya kepada Allah Azza wa Jalla.
Shalat Berjama’ah di Masjid & Pengaruhnya
pada Pendidikan dan Penyuluhan 6
Hal yang pasti bahwa misi masjid di dalam Islam, menjadikan prioritas pertamanya pada pembinaan ruhani. Shalat berjama’ah dan membaca al-Qur`an al-Karim merupakan aktifitas yang mendapatkan pahala yang besar dan ganjaran yang banyak ..... Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘Anhu, berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
Diantara tugas-tugas masjid di bidang Pendidikan yang terpenting, adalah membiasakan kaum muslimin untuk senantiasa berkomitmen dalam berjama’ah dan terikat erat dengannya. Hal ini dilakukan berulang-ulang kali dalam sehari, dimana seorang muslim merasakan betapa pentingnya bersama-sama dengan ikhwan (saudara-saudara)nya dalam menunaikan syi’ar-syi’ar agama mereka, dan mereka dalam hal ini berada dalam kedudukan yang sama (egaliter) -ibarat gigi-gigi sisir- saat berdiri di hadapan Zat Yang Mengadakan dan Membentuk Rupa, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka mereka adalah orang-orang yang egaliter, bertauhid, dan bersatu padu. Sungguh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mulia telah memotivasi kita untuk gandrung pergi ke masjid-masjid, serta selalu konsisten dalam berjama’ah. Juga mengajarkan kita bahwa setiap langkah yang diayunkan menuju masjid, menyebabkan derajat terangkat dan kesalahan terhapuskan. Siapa pun dari kaum muslimin yang menaruh perhatian yang demikian itu, dan tidak tergopoh-gopoh saat menuju ke “pembersih besar (baca: shalat, pent)” ini yang mensucikan dari dosa-dosa secara langsung
6 Manahij at-Ta’lim fi al-Masajid wa Uslub at-Tadris fiha (hal.8); Al-Islam wa al-Hadharah wa Daur asy-Syabab al-Muslim (hal.513, 659); Ad-Daur at-Tarbawi lil Masjid (172).
7 HR. Bukhari (Jual Beli, no.2013) & II/112,114; HR. Muslim, no.649; HR. Abu Daud (Shalat, no.559); HR. Ahmad (II/252).
setiap hari, sehingga tidak tersisa sedikit pun dari kotoran-kotorannya.
Di dalam masjid, sesungguhnya kaum muslimin merasakan persaudaran Islam (ukhuwwah al-Islam) dan komunitas penegak shalat. Masyarakat ini dikendalikan oleh cinta, ketulusan dan keharmonisan. Mereka merupakan masyarakat yang berusaha mencari tahu keadaan saudaranya yang tidak hadir, dan bersikap elok terhadap yang hadir, saling membantu sebagian mereka dengan sebagian yang lainnya. Dan pertemuan kaum muslimin ini, terjadi lima kali dalam sehari di masjid. Jiwa-jiwa mereka mendapatkan santapan ruhani dengan al-Qur`an, dan terbina dengan iman. Membawa mereka kepada kesabaran terhadap hal yang menyakitkan, berjabatan tangan secara elegan, menundukkan nafsu, serta meningkatkan keimanan dan kepasrahan mereka.
Comments